Thank You

​Simpanlah dulu rindumu itu. Karena aku dapat juga merasakan bagaimana perasaanmu. Bila engkau rindu, aku pun sama. Namun saat engkau tenang, aku juga tenang. Kalau engkau damai, aku pun damai. 

Aku bahagia, bila mengetahui kebahagiaan yang engkau bagikan. Sebab kita adalah jiwa-jiwa yang tidak dapat terpisahkan. Makanya, lakukanlah yang engkau ingin ku lakukan juga. Aku yang memang tak sama dengan yang lain. Karena beginilah adanya, aku.

Semikanlah ruang hatimu hingga berbunga-bunga, di sini aku juga. Selalu sirami jiwamu dengan ketaatan, begitu pun denganku. Segera mengembalikan ingatan kepada-Nya, setiap kali ingatanmu pada ku hadir. Saat kita belum bisa bertemu. 

Yah, walaupun rindu, simpanlah dulu. Engkau boleh, boleh merinduku, seperti itu. Tapi. Tapi, jangan bilang padaku, kalau engkau rindu. Karena nanti aku juga rindu. Iya.

Selamat melanjutkan aktivitas dengan semangat. Berjuanglah bersama senyuman dan berbahagia menjalani hari. Begitu pun dengan perjuangan, yang ku lakukan.

Aku senang, kita berkenalan. Menjadi teman, sekaligus sahabat berikutnya. Engkau yang datang untuk mengingatkan. Bahwa semua kita, ada kekurangan dan kelebihan. Makanya, bertemu untuk saling melengkapi atas kekurangan lainnya. 

Sungguh, aku bersyukur dengan semua. Semoga engkau sehat selalu, berbahagia menempuh waktu, tersenyum melanjutkan perjuangan.

Engkau adalah temanku berikutnya. Kehadiranmu menjadi jalan yang dapat membuka cakrawala pandangku tentang dunia. Engkau yang memiliki visi sama denganku, aku suka.  

Yah, semoga langkah-langkah kita senantiasa dalam ridha-Nya. Untuk saling mengingatkan pada kebenaran dan kebaikan. Bersinergi, saling menguatkan, saling mendoakan saat belum bertemuan. Saling membahagiakan, dalam kebersamaan. Sekalipun sudah berjarak raga, masih ada yang menjadi kenangan. Kita yang saling mencintai karena Allah. Cinta yang abadi.

(Backsound…. Andai diriku bisa, seperti yang lain, yang kau sayang, yang kau rindukan, yang kau cintai. Aku lemah tanpa-Mu aku lelah. Aku sungguh tak berdaya. Tolongku, tolongku, Yaa Allah. Setiap airmata ku mengalir, Allah aku lemah dan tak berarti. Setiap derai tangis membasahi. Allah jangan tinggalkan aku lagi. Aku sayang Allah. Aku rindu Allah. Aku cinta Allah.)

***

Hai, terkadang ku suka begini. Mendengar, lalu ingin mengabadikannya menjadi tulisan. Menyimak, lalu ingin menitipkannya sebagai senyuman. Membaca, kemudian berkaca-kaca. Melangkah dengan sumringah menebari wajah. Duduk-duduk manis, kemudian senyum-senyum merangkai kalimat. Kalimat yang terdiri dari susunan huruf demi huruf.

Pekerjaan ini menyenangkan sekali untuk ku lakukan. Pekerjaan yang ku lakukan, di saat pekerjaan penting benar-benar sudah ku lakukan, seluruhnya. Sehingga, ku menepi sekejap, berehat sejenak, bersemedi dengan waktu, untuk bisa menghadirkan sebuah catatan, lagi. Pekerjaan yang ku lakukan dalam berbagai kesempatan terbaik. Waktunya kapan saja, bisa pagi, siang atau malam hari. Aku sangat suka.

Seringnya, ku merangkai kalimat pada waktu-waktu luang. Saat tiada sesiapa di sekitarku. Untuk introspeksi pada diri sendiri. Untuk menanya padanya, bagaimana ia berekspresi. Apakah ia masih mau tersenyum lagi? Tepat setelah airmata menetes di pipi. Apakah ia masih mau melanjutkan perjalanan jemari, meskipun raga lelah. Wah, baru saja aku lelah. Jadi, bawaannya ya, begini.

Aku ingin melenturkan jemari sebentar, dan mencengkeramai huruf-huruf lagi. Ku bertanya, apakah mereka bahagia? Terlihat dari ekspresinya baru saja, semua terlihat gembira. Dan, semua huruf ingin memperlihatkan diri. Mereka ingin membuktikan bahwa mereka memang gembira. Maka, mulailah jemari bergerak, untuk menyusunnya. Satu persatu, pelan-pelan, sedikit demi sedikit. Hingga, sampailah pada paragraf ini. Paragraf ke berapa yaa?

Semua jemari senang sekali beredar di antara huruf demi huruf yang ada. Saat ini, hampir semua huruf memperlihatkan diri. Namun tidak semuanya. Seperti huruf X. Ia belum terlihat sama sekali. Memang selalu begini. Huruf X sangat jarang menampakkan diri. Alasan apa? Entahlah aku juga tidak mengetahui. Barangkali ia sangat ‘pemalu’ kaliiii. Hihii. Makanya, sangat jarang sekali di antara kalimat demi kalimat. Walau begitu, terkadang ku paksa-paksa ia untuk muncul. Hingga akhirnya, terlihat juga. Ahaaha. Karena ia berarti. Ia bermanfaat. Ia bermakna, bukan hanya menepi di sudut tuts tanpa berpartisipasi merangkai dan melengkapi sebuah kalimat, atau mengungkapkan makna kata yang ia bersamai.

Nah, saat ini, aku ingin merangkai kalimat tentang apa lagi, yaa. Sedikit memikirkan, lalu aku teringat. Yah, aku ingat, untuk menjadikannya ada. Sebab, tetiba sudah mampir di telingaku. Ia sempat sangat dekat denganku. Sejak kemarin sore, hingga hari ini. Menjelang sore lagi. Ada-ada saja pesan yang ku terima melalui indera pendengaran ini. Semoga, di antara yang terpetik dan terketik, menjadi jalan sampaikan ingatan, pada beliau yang bersuara. Semoga, amal kebaikan beliau yang menyampaikan, mendapatkan balasan terbaik dari Allah. Ketika ada setitik dua titik ilmu. Lalu, kita pun membawanya dalam menempuh hidup ini.

Kali ini, aku ingin menepikan hasil pendengaran dalam waktu terakhir. Untuk ku dengar lagi dan baca kembali, pada suatu hari nanti. Sebab, kalau ku biarkan begitu saja di dalam pikiran, ia tidak akan bertahan lama. Paling juga sehari dua hari saja. Selanjutnya akan bertumpuk dan tertimbun dengan yang baru, dan lain lagi. Aktivitas ini namanya, menepikan pikiran.

***
Pesan-pesan sepanjang hari ini

A. Perilaku-perilaku terpuji, dalam kehidupan bersosial

1. Husnuzan (berbaik sangka) kepada Allah Ta’ala
Perilaku berbaik sangka sangat penting diterapkan. Meskipun dalam pelaksanaannya sulit. Husnuzan adalah berpikir sangat positif. Orang yang berprilaku ini, selalu memiliki hati yang bersih dan menghindari berprasangka buruk terhadap sesuatu hal yang terjadi. Berbeda dengan suuzan, akan menimbulkan hal-hal yang negatif dan tidak baik.

Entah itu menurut kita baik atau buruk, cara husnuzan kepada Allah, adalah dengan tawakkal, sabar dan ikhlas dalam menjalani kehidupan. Senantiasa taat kepada Allah., selalu bersyukur apabila mendapat kenikmatan. Bersabar apabila mendapat ujian kehidupan. Selalu berprasangka baik. Bahwa yang kita alami adalah yang terbaik. Walaupun terkadang yang kita inginkan belum tentu kita dapatkan. Namun kita harus berbaik sangka. Karena yang kita dapatkan adalah yang terbaik menurut Allah. Bukan mendapatkan yang kita harapkan.

2. Optimis
Dengan memiliki sikap optimis, kita mampu mengelola setress. Optimis ketika dalam pekerjaan, bila ada permasalahan tidak meluahkan emosi pada sembarang tempat. Akan tetapi lebih mudah tersenyum dalam menghadapi yang terjadi.

Sikap optimis sangat bermanfaat bagi para pemimpin. Karena pemimpin akan dicontoh oleh bawahan. Sikap optimis sangat bermanfaat bagi para pemimpin sebagai pendorong bawahan untuk bergiat, semangat kerja meningkat. Sehingga dapat mencapai tujuan bersama kelompok. Dengan sikap optimis, kita dapat mencapai yang kita harapkan.

*Membuat lebih sehat
Orang yang memiliki sikap optimis dalam kehidupannya akan lebih sehat di bandingkan yang tidak memiliki sikap optimis. Agar terhindar dari berbagai jenis penyakit, maka optimis adalah salah satu jalannya.

*Lebih tahan banting
Dalam kehidupan akan selalu berdinamika. Seperti tidak punya uang, masalah pekerjaan, masalah rumah tangga, dan lain-lain. Dengan bersikap optimis, kita menjadi tahan banting dan percaya semua dapat lebih baik lagi di masa yang akan datang

B. Cara meningkatkan sikap terpuji dalam diri kita

1. Berprasangka baik kepada Allah, diri sendiri serta orang lain
Tanamkan pada diri sendiri bahwa kegagalan hari ini mengandung hikmah untuk kita. Allah memberikan maksud tersendiri yang terbaik bagi hamba-Nya. Sehingga kita senantiasa melontarkan kalimat syukur atas kebesaran Allah subhanahu wa taala

2. Bertaubat
Tidak ada manusia yang tidak berdosa. Ketika melakukan kesalahan, segera menyadari diri dan bertaubat. Dosa yang dibiarkan berlarut-larut dan terus menerus harus dijauhi. Maka bertaubat adalah jalan kembali ke arah yang lebih baik. Dengan cara menata sikap dan kelakuan dengan jalan bertaubat.

C. Seuntai pesan untuk kaum Hawa

Pesan berikut sudah agak sering ku dengarkan, dan simak berkali-kali. Namun belum sempat ku tuliskan. Nah, kesempatan kali ini bisa, lalu menambal dengan baca-baca di postingan yang udah orang lain buat juga, ternyata. Untuk melengkapi kekurangannya. Karena saat menyimak dan langsung menuliskan, sempat terpotong-potong (Maklum ya, kecepatan menulisku masih standar ajaa). Ternyata pesan tersebut begini, lengkapnya.

Tahukah kalian betapa berbahayanya dirimu? Tiap jengkal dan lekuk tubuhmu adalah racun yang begitu sempurna. Yaah, sempurna untuk membabat habis keimanan para Adam. Hawa tahukah kau betapa berharganya dirimu? Hingga Allah meletakkan surga yang agung di telapak kakimu wahai wanita. Hingga dikatakan kehancuran sebuah negara karena kehancuran dirimu. Hingga Rasulullah menyebutkanmu tiga kali lebih pantas dihormati dari pada Adam. Maka jadikanlah dirimu layak dihargai. Tapi tahukah betapa sakit hatiku ketika aku mendapatkanmu di jalan-jalan dan kau umbar auratmu dengan bangga. Ketika tiap lekuk tubuhmu begitu mudahnya dinikmati oleh kaum laki-laki yang tidak halal bagimu. Ketika kau dengan bebasnya tertawa dan bermanja pada laki-laki yang menatapmu liar, seolah ingin menerkammu.

Wahai hawa, ingatlah bahwa sebagian besar penghuni neraka adalah wanita. Ketahuilah wahai hawa. Kau indah karena sifat malumu. Kau mulia karena akhlak dan kehormatan dirimu. Suka kah kau jika mereka menyukaimu karena betapa cantiknya dirimu? Karena ramping tubuhmu? Atau karena kulitmu yang putih mulus? Bukan karena Allah. Merasa berhargakah kalian ketika tiada lagi yang tersembunyi dari dirimu. Lalu bagaimana kau mampu mengharap laki-laki yang mendampingimu kelak adalah laki-laki yang mulia yang menjaga kehormatannya. Masihkah kalian berharap mendapatkan yang terbaik sementara diri berlumur dosa? Sementara harga diri tercabik dan ternoda. Tapi jangan takut saudariku. Allah Rabb kita adalah Maha Pengampun. Segeralah minta ampun. Segeralah tutup auratmu. Tak ada kata terlambat selama jiwa masih di raga kita. Percayalah walau dosa membumbung tinggi. Pengampunan-Nya melangit luas. Kembalilah pada fitrahmu. Kau indah karena sifat malumu. Jaga dirimu saudariku, kau terlalu berharga…

***

Pesan-pesan sepanjang hari kemaren

A. Tips doa diijabah
1. LOGIN = Logika, Iman, Nekad. Dengan sedikit nekad, kita tahu, bahwa kita tidak bisa mengandalkan siapapun dalam apapun. Namun dengan sujud serendah-rendahnya, menjadi lebih dekat dengan Allah. Kita hanya bisa mengandalkan Allah. Insya Allah banyak kemudahan dalam hidup kita. Andalkan Allah, jangan andalkan makhluk.
2. Jangan aliri darah dan daging kita dari makan/minum yang haram atau subhat.
3. Ijabah panggilan Allah, sehingga Allah mengijabah panggilan kita. Jangan membatasi kata-kata kita dengan hal-hal yang mungkin dan mustahil, namun yakin kepada Allah.
Bersama : Pemuda Hijrah

B. InsyaAllah, Allah menjamin masuk surga, bagi yang mampu menjaga diri dengan enam perkara berikut, melalui lisan Nabi yang mulia Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
1. Ber-cerita, ber-bicara dengan yang benar
Lidah adalah makhluk Allah yang menakjubkan. Dengan lidah, selangkah orang bisa masuk surga. Sedangkan dengan lidah juga, orang masuk ke dalam azab Allah subhanahu wa ta’ala. Dengan lidah kita juga dapat terjerumus adzab Allah. Ghibah masuk dalam kategori azab Allah. Namimah artinya, membawa-bawa percakapan satu orang ke orang lain. Sehingga, menyampaikan ucapan demi ucapan dari satu orang, yang semestinya tidak di dengar orang lain.

Penggunaan lidah bisa halal, haram, dan subhat. Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, hendaklah ia berbicara yang baik-baik atau kalau tidak sanggup, diam. Maka kalau mau bicara juga, ucapkanlah takbir, tahmid, tahlil, tasbih (dzikir). Karena setiap ucapan yang keluar dari mulut hamba-Nya, ada yang senantiasa mencatat. Semua ucapan kita dipertanggung jawabkan di hadapan Allah. Kalau kita mulai terpancing untuk membicarakan yang tidak semestinya kita ucapkan, maka di dalam hati kita bertanya? Apakah ini keluar dari jaminan-Nya?

Begitu mulianya lidah. Jujur, kalau berkata-kata, bercerita, kedengarannya ringan, namun kalau diterapkan dalam kehidupan, sungguh berat. Menjaga lidah, menjamin masuk surga. Maka berbicara benarlah.

Kata-kata yang asli bukan di lidah. Lidah hanya menyampaikan kata-kata yang ingin kita sampaikan. Kalimat yang asli datang dari hati. Allah ciptakan lisan, lidah untuk mengungkapkan apa yang ada dalam hati. Namun yang namanya manusia, tidak sejalan antara yang diucapkan lidah dan perbuatan.

2. Laksanakanlah, tunaikanlah, kalau ber-janji
Yang paling ringan adalah mengucapkan janji. Namun yang paling berat adalah menunaikan janji. Janji ada banyak jenisnya, yaitu kepada Allah, kepada orang-orang yang ada di antara kita, orang tua, teman-teman, guru, maka tunaikanlah janji yang telah kita ucapkan dengan perbuatan.

Janji yang awal adalah kepada Allah, “Asyhadu alla ilaha illallah, wa asyhaduanna muhammadarrasulullah.” Ketika shalat, kita berjanji kepada Allah, shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya kepada Allah. Namun ketika keluar dari shalat, kita lupa dengan janji kepada-Nya. 

Janji dengan manusia yang tidak kita tunaikan saja, membuat manusia marah. Lalu, bagaimana dengan janji kita kepada Allah? Janji kepada Rasulullah?

“Radhitu billahi rabba wabil islamidina wa bi muhammadin nabiya wa rasula.”

Janji kepada pasangan hidup, diucapkan ketika akad nikah. Mengambil janji yang kuat, “Mitsaqan ghaliza.” Boleh jadi janji yang diambil, dibatalkan dengan tidak memberi nafkah yang layak, “Arrijalu qawwamu ‘alannisa.” Janji manusia kepada Allah, untuk menjaga sesama manusia. Ketika lalai tidak ditunaikan? Allah tidak menjamin surga baginya.

Tidak ada manusia yang bebas dari janji. Setelah baligh dan berakal, sesiapapun ada dalam janji. Setiap hari, mari kita renungkan, ketika kita lalai menunaikan janji, kita tidak hanya membatalkan janji, juga tidak mendapat jaminan surga dari-Nya.

3. Tunaikanlah, laksanakanlah, kalau kamu di-beri amanah
Amanah jenisnya banyak. Ada yang dititipkan Allah kepada hambanya dalam bentuk harta. Apakah digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah? Amanah berupa ilmu apakah diamalkan? Amanah umur, apakah tersiakan? Amanah jabatan apakah kita tunaikan untuk jalan Allah? 

Orang beriman tidak akan pernah menyia-nyiakan amanah. Karena akan diminta pertanggungjawabannya. Kita baru bisa percaya kepada orang, ketika kita titipkan amanah dan ia laksanakan. Salah satu tanda kehancuran adalah ketika amanah disia-siakan.

4. Jagalah ke-malu-an
Dari zaman nabi Adam hingga masa sekarang. Zaman boleh berganti, penduduk dunia boleh bertukar, tahun berganti masa. Namun masalah yang ada akibat yang ke empat ini. Kalau mampu menjaga, maka Allah menjamin masuk surga. Zaman dulu, kalau mau berzina, sangat banyak penghalang, karena segalanya tertutup rapat. Namun zaman sekarang, sarana banyak terbuka lebar. Namun yang bisa mengontrol adalah keyakinan kepada Allah dan takut kepada-Nya. Maka dalam Islam, kita diajarkan untuk merasakan pengawasan-Nya, Allah, di mana pun kita berada. Laa tak khuzuhu sinatuwwala naum. Yang tidak pernah mengantuk dan tidur. Zaman berikutnya, kita hidup di zaman yang bebas. Semuanya, tidak ada lagi batasan. Hanya dengan keyakinan yang kuat, bisa selamat di zaman ini.

5. Menundukkan pandang-an mata
Mata adalah nikmat yang diberikan Allah. Semua berawal dari mata. Oleh sebab itu, kita disuruh menundukkan pandangan mata. Kita hidup di zaman sekarang ini, kalau tidak penting-penting amat, jangan datang ke tempat yang berinteraksi sosial dengan orang banyak. Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan ditanya dan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala.

Tak ada yang dapat membentengi diri, selain batasan agama. Pengawasan satu-satunya adalah pengawasan agama. Ketika muncul dan terlintas dari hati untuk menggunakan nikmat mata tidak pada tempatnya, segera ingat, untuk menjaganya. Agar kita tidak keluar dari jaminan-Nya.

6. Tahan, jaga tangan
Tidak hanya tangan dalam bentuk fisik. Namun yang dimaksud di sini adalah kekuasaan. Jaga, jangan sampai menganiaya, menzalimi, mengambil dan merampas milik orang lain. Saat ini, ketika seseorang merasa mempunyai kuasa, lalu menggunakan kekuasaan semaunya, semampunya, menjadi penghalang menuju surga Allah.

C. “Jangan habiskan cinta hanya untuk satu porsi, karena kita perlu berpikir untuk cinta yang kekal abadi. Cinta abadi tidak selesai hanya di atas bumi, dia masuk ke dalam bumi, bahkan setelah semua hancur, adalah buah cinta karena Allah subhanahu wa ta’ala, berkekalan selamanya.” -Ustaz Abdul Somad

D. Harta yang paling berharga
1. Lisan yang pandai berdzikir
2. Hati yang pandai bersyukur
3. Istri yang membantu berbakti pada orang tua

E. 11 Pintu-pintu syaitan, menurut Imam al Ghazali

1. Marah
Orang yang kehilangan kontrol, setan masuk ke dalam dirinya melalui marah. Orang kuat adalah yang mampu mengendalikan diri ketika marah. Kalau marah ketika berdiri, duduklah. Masih marah, berwudulah. Hindari sebab-sebab kita marah, dengan mengenali diri. Sehingga kita tidak tergolong orang yang celaka karena tidak mengenali diri. Ingat-ingat lagi, ketika kita marah, syaitan sedang mempermainkan kita. Laa Taghdab. Kenali diri, hindari marah. Jika pun harus marah, segeralah ingat untuk berdzikir.

2. Tamak, serakah dan rakus
Keinginan yang sangat berlebihan datangnya dari suka lalu tamak. Cinta pada sesuatu yang berlebihan.

3. Kenyang. Akibat perut kenyang, akan :
– Menghilangkan rasa takut kepada Allah
– Menghilangkan rasa kasih sayang kepada sesama
– Menghambat ketaatan
– Menghambat pendengaran, dari mendengarkan kata-kata hikmah
– Jika menyampaikan nasihat tidak menyentuh ke hati orang yang dinasihati
– Menimbulkan banyak penyakit.
Maka, makan dan minumlah, jangan berlebihan. Berikan hak diri untuk makan, namun tidak berlebihan.

4. Gemar pada hiasan berlebihan. Seperti hiasan berupa pakaian, kendaraan, hiasan rumah, dan lainnya

5. Terlalu berharap kepada orang lain
Jika sudah terlalu berharap kepada orang lain, menimbulkan :
– Riya, senang mencari muka
– Selalu berpikir untuk menyenangkan orang lain
– Mengharapkan sanjungan
– Sikap pura-pura
– Meninggalkan amar ma’ruf nahi mungkar
– Menjadikan orang lain, seolah-olah sembahannya, lebih takut selain kepada Allah

6. Sikap terburu-buru, tergesa-gesa
Awal dari amal adalah ilmu, perenungan, belajar dan membutuhkan waktu. Sedangkan sikap terburu-buru menghalangi kemampuan berpikir

7. Harta kekayaan yang tidak mendekatkan kepada Allah, namun melalaikan
Sedangkan harta kekayaan yang mendekatkan diri kepada Allah, adalah harta yang digunakan untuk membangun masjid, sedekah jariyah,… dan amal saleh lainnya.

8. Bakhil, pelit, kikir, tidak ingin yang dimilikinya keluar, sedangkan milik orang lain, ingin ia miliki. Karena rasa takut miskin

9. Fanatisme yang berlebihan

10. Berpikir tentang Zat Allah. Kita hanya disuruh beriman dengan sifat-sifat Allah, bukan memikirkan Dzat-Allah.

11. Suuzan kepada sesama dengan berprasangka. Makanya, jauhilah prasangka, untuk menutup pintu-pintu syaitan.

Ungkapan penyair : Rasa suka berlebihan membuat buta pada semua cacat. Kebencian berlebihan memperlihatkan sekecil apapun aib. Maka sukalah karena Allah, benci juga karena Allah, bukan hanya dengan prasangka dan perkiraaan saja.[]

🙂 Via Radio Al Hamra 101.00 MHz 🙂

2 Comments Add yours

  1. mofera says:

    Suka, kerennn kak

    Liked by 1 person

    1. My Surya says:

      🙂 Haii terima kasih, yaaa.

      Like

الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ ”... (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Q.S Ar-Ra’d [13] : 28)