Menulis Kisah

on
Undangan Pernikahan
Undangan Pernikahan

“Bagikan kisah Anda di sini…,” adalah kalimat yang ku baca baru saja.

Kalimat yang tersusun sahaja, di lembaran tanpa wujud. Ini maya. Dan aku mau berkisah, melaluinya. Lagi, masih, dan ini adalah kisahku.

Aku menulis kisah tentang hari-hari yang ku lalui, bersama-Nya, harapan, beriring doa-doa dari semua yang menyayangi dan ku sayangi, berteman para sahabat, alam semesta dan seluruh impian yang terdata. Kisah ini ada, bersama semua.

***

Indahnya membagi kisah. Membuat senyuman menebar mudah. Senyuman penuh makna, tanpa ada yang mengetahuinya. Kecuali, pengisah saja.

Yah. Maka, tersenyumlah seraya berkisah, meski hanya engkau yang mengetahui maknanya. Selebihnya, biarkan semesta mengira-ira, menduga-duga, tentang artinya.

Semoga mendekati yang engkau makna, alhasil senyuman menebar bahagia. Engkau suka, semesta bergembira. Terciptalah, nuansa surga di dalamnya.

***

Kisah ini ku tulis, dalam rangka melanjutkan. Supaya terarsip rapi menjadi rerangkai kisah. Seraya menepikan memori tentang hari-haru, hari-sendu, hari-syahdu, pun hari-bahagia. Semua ada dalam satu wadah.

Indahnya menepi di kala sunyi, untuk berkisah. Menembus sepi, mengusik kelam. Agar tak lama-lama berdiam diri, namun berjalan.

Kisah kali ini ku tulis dini hari, pada akhir pekan. Saat mentari jauh di sana, mensenyumi bagian alam, berbeda. Jadi, di sini malam. Namun tidak kelam. Karena ada cahaya lampu-lampu.

Kondisi alam tidak lagi sunyi, karena mulai ada denting suara hujan. Hujan yang jatuh di antara dedaunan dan juga atap, membawa kesan tersendiri.

Gemericik air terdengar, di luar sana. Tetesan hujan sapa menyapa. Sahutannya memecah sunyi. Ramainya meriuhkan sepi. Ketika ku sampai pada paragraf ini.

Sungguh adem. Rasanya berada di atas awan, lalu melihat seluruh alam. Di sana, ada senyuman menebar indah, untukku. Aku, tersenyum, pada semesta.

Tentang kisah demi kisah lawas. Terkadang aku memilih. Dalam kisah kali ini, aku tidak memilih. Namun menerima yang pantas. Termasuk perpaduan warna pada picture di atas. Dan juga bersandingnya nama dalam satu kertas untuk momen berikutnya yang belum tuntas. Semua bukan jalan pintas. Akan tetapi atas dasar ikhlas.

Ikhlas yang tidak terlihat mata, namun ia ada. Ikhlas yang tidak mesti membaris melalui suara, namun terdengar. Ikhlas yang tidak harus terucap, namun terbukti.

Semoga, segala urusanmu Allah permudah, tanpa batas. Wahai engkau yang datang dari hati yang ikhlas. Bagaimana pun adanya engkau. Selamat datang dalam kisah kita… 🤗

Kehadiranmu adalah inspirasi. Untuk melengkapi kisah hidup ini. Menjadi bagian darinya, sebagai penggenggam janji. Menghiasi kisah hidup berikutnya, bersama. Bergenggaman jemari dalam ikatan suci karena Ilahi. Bersama segenap syukur membalur hari. Berjuang dan saling melengkapi untuk meneruskan perjalanan lagi.

Cuaca akan terus berubah silih berganti.

Ketika hujan mengguyuri, sejukkan ingat pada mentari. Ia masih tersenyum, tidak sepenuhnya meninggalkan diri. Ia memberikan bukti. Bahwa senyumannya masih dan selalu ada, sebagai pengingat kita. Agar tersenyum di bawah hujan. Bersama ingatan pada mentari yang meneladankan.

Begitu pun saat mentari bersinar terik, hangatkan diri dengan semangat. Penuhi waktu bersama taat. Tetap bergiat, berusaha, berlelah payah dan tidak mengapa sampai berkeringat.

Kelak, ingat, ada masanya kesejukkan datang. Seiring hadirnya gumpalan awan, meneduhkan semesta. Semakin lama, mendung memberat, lalu kilat mengedipkan mata. Hujan pun turun, membawa berkah. Hujan turun sebagai rahmat buat semesta. Gemuruh bersahutan, mempercantik nada-nada dunia.

Sedangkan di antaranya adalah nuansa alam yang teduh. Tanpa goda mentari, apalagi canda airmata langit. Angin pun membisu, tak berkutik. Sehingga nuansa alam, sangat menarik. Unik. Antik.

Rasanya seperti berada di negeri impian. Tanpa guncangan, badai, topan dan sejenisnya. Yang ada hanya tenang… tenteram… damai… penuh kesan. Nuansa sakinah, mawaddah wa rahmah, meneruskan perjalanan, menuju masa depan, bersenyuman melanjutkan kisah dalam kehidupan, mudah-mudahan Allah mengabulkan menjadi kenyataan.

***

Special Note :::

Buat teman-temanku sekalian, para sahabat yang sempat membaca kisah ini, jangan bosan-bosan menyimak kisahku yaa. Walau terkadang membuatmu berairmata, aku juga mengalami saat menulisnya. Nah, sekarang, selamat tersenyum semanis mungkin, yaa. Karena aku pun tersenyum, bukan menangis, saat menuliskan.

Kisah ku bagikan, sebagai ingatan pada teman-teman semua yang penuh kebaikan. Walau tidak terlihat mata, ku yakin dan percaya, engkau ada, tersenyum di sana mendoakanku senantiasa. Buat sesiapapun yang mendoakan, semoga dalam bahagia menempuh masa.

Selamat melanjutkan hari-hari bersama bahagia. Semoga kita pun berjumpa, untuk bertukar senyuman, yaa. Tetap percaya, jodoh setiap kita ada. Kalau pun tak berjumpa di dunia, di akhirat ada masanya. Bahwa kehidupan kita tak hanya di dunia saja. Huwwaa, kok aku malah jadi nangis yaa. Tadi aja senyum-senyum. Huhuhuuu.

Sungguh, cepatnya pertukaran rasa. Secepat itu pula perubahan cuaca hati. Begitulah. Yah.

Semoga kita senantiasa dapat saling ingat dan mengingatkan untuk ingat. Bahwa ketentuan-Nya adalah Yang Terbaik. Rencana-Nya adalah yang terindah.

Berdoalah yang terbaik. Berupayalah sebaik-baiknya. Bertawakkal adalah kebaikan. Tetap baik yach, dengan saling mendoakan. Meski kita tak saling kenal. Di sini, aku dapat mengenalmu yang baik padaku. Engkau pun dapat mengenaliku dengan baik.

Masih bersama aliran deras airmata, ku melanjutkan kisah. Sedangkan titik-titik hujan yang tersisa, masih terdengar gemericik. Menemaniku menulis kisah.

Menulislah. Tetap berkisah. Engkau tidak akan pernah tahu, pada tulisan mana engkau menemukan keajaiban. Engkau tidak dapat menerka, pada kisah mana keajaiban mendekatimu. Menulislah sepenuh jiwa, dengan sentosa. Maka, akan ada yang terinspirasi olehmu atau mendapatkan inspirasi melaluimu.

Percayalah dan coba. Aku pun sering mengalaminya. Sebuah tulisan yang ku baca, sanggup menumpahkan airmataku berliter-liter banyaknya dalam satu kali baca. Apalagi saat menulis kisah.

Aku juga bisa tersenyum sebebasnya tanpa ingat, sudah berapa banyak wajah-wajah bersimbah airmata dalam senyumanku. Maka, menulisku lagi, tentang kisah ini adalah dalam rangka berbenah, menata huruf, agar bisa menukar ekspresi kapan pun, yaa, kapan pun.

Eits, aku sudah bisa senyum lagi. Hihihii. Alhamdulillah. Udah ah, bisa semakin aneh nanti. Kalau ku lama-lama di sini. Sebab semua ekspresi bisa hadir dalam waktu berdekatan dengan menulis.

Semoga akhir pekanmu menyenangkan, yaa. Pekan depan insya Allah… kita mungkin tidak berjumpa lagi di sini. Tetap tersenyum yaa. Sampai berjumpa kembali.

Allah know best.[]

😊😊😊

20 Comments Add yours

  1. Teteeeh, barokallah 😍 waaa senangnya, semoga lancar segalanya ya teh

    Liked by 1 person

  2. My Surya says:

    Aamiin ya Allah, wahai teh Mpus I miss you so much. 🙂
    Terima kasih doanya, terima kasih masih terhubung, terima kasiih hikshikshiks. ^^

    Like

    1. Miss you too teh.. sayang nikahannya jauh, kl di bdg aku mau dateng hehe. Oya teh, ada salam dari teh Mila 😘 Temen opp kita dulu. Aku kasih tau tth mau nikah Minggu depan

      Like

      1. My Surya says:

        Iya Teh Mpus, tidak mengapa tak datang, tolong doakan aja yang terbaik yaa… 😊😊😊
        Salam buat Teh Mila juga, salam sayang penuh kangen. Tetehhhh jadi terharu dech, hehee. Terima kasih yaa.. 😚😚😚

        Like

الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ ”... (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Q.S Ar-Ra’d [13] : 28)