Cerita Tidak Biasa

on

Mereka yang senang belajar dan masih mau belajar lagi, tidak akan pernah merasa tua. Karena kemauan untuk belajar mengajarkannya agar senantiasa bersemangat. Walau sesungguhnya usia sudah semakin banyak dan tubuh telah renta. Akan tetapi, semangat belajar menjadikannya tetap merasa muda. Ya, semangat pembelajar, semangat selalu muda.

Usia beliau kini tidak lagi belia, tidak juga muda. Karena terlihat dari kulit yang sudah mulai keriput. Begitu pula dengan kondisi tubuh. Terlihat sedikit bungkuk dan saat berdiri juga tidak sempurna tegak lurus. Begitulah tampilan beliau saat kita lihat sekilas. Ya, saat pandangan pertama, mungkin kita berpikir bahwa beliau adalah nenek-nenek yang tidak lagi mempunyai semangat hidup. Namun setelah berbincang dengan beliau. Ketika kita mau meluangkan waktu untuk menyimak kisah dan tutur beliau, maka kita akan tertakjub. Kita akan melongo dan tidak percaya. Kita akan merasa malu dengan diri sendiri. Ya, kita yang masih muda-muda ini.

Maka, jangan memberikan pandangan sekilas. Jangan juga menilai seseorang dari tampilan luar saja. Juga, jangan mudah memperlakukan orang lain semau kita. Karena dari tampilan saja? Atau dari raut wajah? Yah, sebelum kita benar-benar menyelami hingga ke dasar kehidupannya. Sebab, pasti ada mutiara terpendam yang dapat kita petik dari seseorang, yang kita temui, kita lihat, dan atau kita bersamai. Karena setiap orang membawa sisi baik dalam hidupnya.  Semoga dalam hal ini memudahkan kita untuk belajar dan belajar lagi berprasangka baik yaa.  😀

Mengapa belajar? Karena belajar adalah sebuah aktivitas yang dapat kita lakukan. Aktivitas untuk menambah pemahaman, kalau sebelumnya kita sudah mengetahui dan mempunyai ilmu tentang hal yang kita pelajari. Dan yang terpenting dari makna belajar adalah membuat kita tahu sesuatu yang belum kita tahu.

Dalam proses belajar, sangat perlu adanya aktivitas bertanya. Yah, bertanyalah lebih sering saat belajar. Bertanyalah tentang hal-hal yang belum kita tahu, supaya kita semakin semangat lagi belajar. Bertanyalah tentang hal-hal yang kita sudah tahu, untuk menambah pemahaman. Sehingga belajar yang sedang kita jalani saat ini, menjadi sangat menyenangkan hati, membahagiakan jiwa, dan membuat kita memiliki semangat muda. Walau raga kita sudah menua. Meski usia kita tidak mungkin berkurang. Namun dengan aktivitas belajar yang kita lakukan, kita menjadi selangkah lebih muda dari mereka yang tidak belajar. Heehee, karena aku mau masih muda, maka aku belajar lagi.

Ada saja hal-hal yang bisa kita pelajari dari waktu ke waktu. Pasti ada bahan pelajaran yang dapat kita petik dari hari ke hari. Dari siapa saja, dari mana saja. Baik saat kita berjalan, duduk, apalagi saat berlari. Belajarlah dari sekitar. Belajarlah lagi, dengan penuh semangat. Dengan jiwa muda, dengan pikiran segar. Lalu, saksikanlah bahwa hidup ini menjadi semakin berbunga-bunga bahagia.

Aku mau saja bertanya, kalau ada yang masih membuatku penasaran dengan suatu hal yang sedang ku kerjakan. Aku juga akan bertanya lagi, kalau setelah bertanya dan memperoleh jawaban, aku masih penasaran. Pun, bertanya ku lagi dan lagi, supaya ku temukan jawaban yang melegakan. Hingga tiada lagi ganjalan di dalam hati dan kemudian ku melangkah dengan tenang di bumi. Maksudnya, ku melanjutkan perjalanan hidup ini dengan senyuman. Setelah ku peroleh jawaban, setelah menerima penjelasan atas rasa penasaranku. Betul, betul, betul, tingkat penasaranku memang masih standar. Dengan adanya diriku. Aku memaklumi.

Dalam sebuah kesempatan, ku bertanya, ada yang memberikan jawaban. Namun dari sekian pertanyaan yang ku ajukan, beberapa tidak memberikan jawaban. Mengapa? Mungkin ku bertanya bukan pada ahlinya. Begini ku menenangkan diri. Lalu, ku berjalan lagi, melangkah dan menanya lagi. Semoga pertanyaan ini sampai pada orang yang tepat, bisikku.

Tentang belajar, aku masih belajar. Masih belajar tentang segala yang bisa ku pelajari. Belajar memahami, belajar mensabari, belajar mengerti, pun belajar mengenali diri. Dan saat belajar ini, ku petik juga sebaris dua baris pesan untuk ku bawa sebagai oleh-oleh dari perjalanan. Semoga, kelak ketika ku pulang, ada yang menyukai. Oleh-oleh terindah buat semua yang ku sayangi.

Kemarin, sejak tiga hari yang lalu, hasil pelajaran mulai ku rangkumi. Ku teliti dan ku catat dengan hati-hati. Semoga tidak ada yang terdzalimi, semoga tiada yang tersakiti. Pun semoga mereka mengerti, bahwa hasil pelajaran ini ku rangkai untuk ingatan diri semata. Agar, menjadi hikmah buat semua. Sesiapa saja yang juga menjalaninya. Hari ini, nanti, atau kemudian hari. Temanya adalah tentang ‘Komunikasi’.

Komunikasi adalah hal inti yang kita lakukan dalam hari-hari. Sehingga dengan berkomunikasi, kita dapat mengetahui informasi, menyebarkan informasi, atau mengabadikan informasi. Pun dengan berkomunikasi, kita dapat memenuhi kebutuhan, membantu orang lain, dan membantu diri sendiri. Lalu, bagaimanakah cara berkomunikasi yang efektif? Dalam hal ini aku masih belajar. Karena terlahir dengan karakter pendiam dan introvert, membuatku tidak mudah mensuarakan apa yang ku mau. Menjadi tidak mudah bagiku untuk meminta melalui suara, langsung. Pun menjadi sebuah kendala bagiku dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Begitulah, yang ku pahami tentang komunikasi diri. Sehingga, belajar dari pengalaman dari hari ke hari, ku memetik hikmah untuk ku renungi. Bagaimana yang seharusnya, dan selanjutnya bagaimana lagi? Supaya pengalaman yang sama tidak terulang lagi. Karena ternyata, pengalaman yang kita peroleh saat belajar berkomunikasi, terkadang menyedihkan, membingungkan, pun membuat senyum tetiba hadir di wajah karena tidak mempercayai, atau sampai pada tahap menertawai diri sendiri.

“Ah, kau ini! Ada-ada saja. Hihiii 😀 Lain kali jangan gitu lagi, yaa,” bisik kita padanya.

 Tentang pengalaman berkomunikasi yang ‘gagal’ di tiga hari yang lalu, begini ku ingin berbagi. Ceritanya, eh, aslinya, …

Akhirnya engkau datang juga. Ya, engkau yang ku pesan sejak hari Minggu yang lalu. Huhu, syahdu  bila mengenang perjalanan panjangmu, sayang. Engkau yang akhirnya datang juga di depan pintu rumahku. Apakah lamanya engkau datang karena lupa alamat rumahku? Atau karena engkau tidak berani melangkah sendiri? Hai, lalu bagaimana perjuanganmu sayang, untuk mencapai rumahku tadi? Apakah berhiaskan kisah indah atau ada masalah? Selayaknya aku ingin tahu. Sungguh aku mau tahu. Karena aku merindukanmu selalu. Ya, ku harapkan kedatanganmu. Engkau yang akhirnya datang juga. Alhamdulillah, lega rasanya setelah penantian ini berakhir.

Ternyata segala hal memang harus kita serahkan pada ahlinya. Agar terkabul segala pinta, terwujud segala harap. Intinya begitu. Supaya tidak ada kesalahan komunikasi, salah sangka, apalagi praduga ga jelas. Yah, maka, bertemulah akar solusinya. Kalau kita menyerahkan sesuatu pada ahlinya.

Dan hasilnya tentu lebih menenangkan hati, bukan?

Tentang hal ini, aku ingin berbagi. Berbagi tentang pentingnya berkomunikasi yang efektif. Karena sukses dan lancarnya sebuah komunikasi adalah jalan bahagianya hati. Berkomunikasilah, karena dengan berkomunikasi pula hidup ini menjadi lebih berarti. Namun kalau kita masih belajar berkomunikasi dengan baik (seperti yang ku alami), maka maulah bersabar sedikit lagi. Bersabarlah sebelum berekspresi. Ini tentang pengalaman pribadi yang ku bagi.

Hari Minggu yang lalu, aku libur. Sehingga aku tidak keluar rumah seperti biasanya. Namun lebih awal lagi, karena tujuan utamaku adalah ke pasar. Mau ngapain? Yaa, cuci-cuci mata gitu, sambil nyari inspirasi. Trus pulangnya bawa oleh-oleh. Tidak lama waktu yang ku habiskan di pasar, hanya satu jam saja pulang dan pergi. Karena berangkatnya aku jalan kaki, pulangnya juga. Sedangkan jarak rumahku dengan pasar, lumayanlah buat olahraga jalan pagi.

Sekembali dari pasar, aku mampir sebentar di tempat beli air gallon.

Namun karena kepagian, pengantar air gallon belum datang. Karena sudah langganan, jadi aku titip pesan saja. Aku titip pesan ke seorang ibu muda yang menyambutku di lokasi. Supaya nanti setelah pengantar air gallon datang, untuk mengantarkan segalon air untukku. Ke alamat yang sudah biasa, beliau mengantar juga.  

“Oke, nanti kami antarkan. Tunggu aja, ya,” begini kira-kira jawaban ibu muda tersebut.

Lalu, aku pun melanjutkan perjalanan ke rumah, lagi.

Sesampai di rumah, aku pun melakukan aktivitas di hari libur. Seperti biasanya, seraya menunggu pengantar air gallon datang. Namun seharian tak ada yang datang-datang. Aku pun tidak mau keluar rumah untuk konfirmasi ulang. Maka, alhasil, penantianku ‘gagal’. Untung masih ada stok air di tetangga, maka kami pun berbagi saja. Hahaa, inilah enaknya punya tetangga yang mudah berbagi, aku suka. Karena selama bertetangga, kami suka berbagi juga.

Keesokkan harinya,… Senin.

Hari Senin, aku berangkat aktivitas lebih awal. Lalu mampir sejenak di tempat pemesanan air gallon, lagi. Namun karena masih pagi, tentu belum buka. Ku maklumi, lalu aku pun melanjutkan perjalanan. Dan sore harinya, aku mampir lagi, untuk melanjutkan pemesanan yang tertunda kemarin. Dan saat aku datang, pengantar air gallon sedang mengantar ke pelanggan lain. Maka akhirnya ku titip pesan saja pada ibu muda lainnya yang ada di lokasi. Dalam hal ini, ibu-ibunya berbeda dengan ibu yang kemarin. Seperti pesan kemarin, … Dan kemudian aku pun melanjutkan perjalanan menuju rumah. Karena aku mulai lelah, lelah melangkah, lelah dan ingin berehat untuk sejenak.

Sesampai di rumah, aku pun menyapa adik-adik manis tetangga, bersih-bersih, mandi sore, dan kemudian kami saling bertukar cerita tentang aktivitas seharian tadi ‘rumpi sehat.’ Masih sambil menunggu pengantar gallon datang, ceritanya.

Namun setelah sampai malam, tiada kabar berita, kedatangan segalon air masih ‘gagal’ di hari Senin. Dan akhirnya, aku pun minta bagi air lagi dari tetangga. Aih! Asyikk yak, punya tetangga seperti ini. Hihiii. Malam pun larut, pengantar gallon tak kunjung datang. Tetangga pun bertanya, “Mengapa, oh, mengapa…?”

Keesokkan harinya, … Selasa

Adalah hari ketika sorenya aku mampir lagi di lokasi pemesanan air gallon. Untuk request ulang, dan sekaligus menanyakan kronologi. Dan dalam kesempatan ini, aku berjumpa langsung dengan seorang pengantar gallon yang kebetulan ada di lokasi. Lalu, ku sampaikan segala unek-unek, pernak-pernik penantian, sampai akhirnya beliau bilang, “Oke, baiklah Mba… Sebentar lagi kami antar yaa, sekalian mau ke daerah sana.”

Aha! Lega sedikit, saat beliau berkenan. Namun ku harus masih menanti, hingga malam. Sampai detik jam menunjukkan angka entah berapa, beliau datang. Saat ku memantau ke luar melalui jendela, ternyata sudah ada segalon air duduk manis di tepi tangga. Ia kedinginan, karena saat itu, hujan masih gerimis di luar. Namun ku teringat dengan pengantar gallon, pada saat yang sama. Apakah tadi beliau mengantar saat hujan masih turun? Karena setelah senja merebak, hujan mengguyur alam dengan senang. Yah, aku yakin iya. Sebab terlihat dari bagian luar gallon yang berembun karena tetesan air sisa hujan.

Terima kasih Bapak, untuk pengorbanannya. Selamat melanjutkan bakti dan berusaha sepenuh hati untuk menyenangkan pelanggan.

***

Karena engkaulah yang selama ini harus ku hubungi langsung. Bukan ibu muda-ibu muda sebelumnya, barangkali, yaa. Ah, ya sudahlah… tentang hal ini aku punya pengalaman berarti. Selamat berjumpa lagiii. 😀

🙂 🙂 🙂

 

 

 

 

 

3 Comments Add yours

  1. widiam25 says:

    cukup terrenyuh dengan ceritanya, betapa besarnya pengorbanan dia melewati jalan saat hujan tengah mengguyur, sekarang kita harus belajar menghargai bukan lagi meminta.

    Liked by 1 person

    1. MY SURYA says:

      Iya, betul Widia, belajar ‘menghargai’lagi, dan lagi… 🙂 Menghargai siapa saja, di mana saja, yaa. ^^

      Like

      1. widiam25 says:

        saya setuju 🙂

        Like

الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ ”... (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Q.S Ar-Ra’d [13] : 28)