Yes! Saatnya Bermain

on
Yes! Untuk Menitip Senyuman
Yes! Untuk Menitip Senyuman

“Selalu saja. Ada dua kata yang mengikuti kita dalam melanjutkan langkah ini. Ketika kita menghadapi dua pilihan, maka kata tersebut bersedia dan rela menemani. Yes or No.”

Pada pagi yang bukan lagi terlalu pagi, saya kembali mampir ke sini, teman.  “Buat apa, Yan?,” tanya sahabat yang sedari tadi senyum-senyum memandangku. “Main-maiiiin…..,” tentu begini jawaban yang lebih sering saya sampaikan kepada beliau. Ai! Saya sangat senang bermain-main di sini. Meskipun tidak banyak waktu yang saya punyai untuk melanjutkan permainan ini. Namun, saya masih ingin di sini. Belum lengkap kiranya, hari yang saya jalani kalau sekali saja engga mampir di sini. Hohohooo… Begitulah.

Dunia maya. Sebelum kita berbaur di dalamnya, pasti ada dua pilihan. Apakah kita memilih untuk terhubung, atau engga. Itu saja. Termasuk pagi ini, ada sebaris kalimat yang saya pandangi pertama kali, ketika lembaran bercahaya ini mulai menyala. “Do you want to connect?” Berikut dua kata selanjutnya “Yes” dan “No” sedang menanti jawabanku. Mereka penuh harapan.  

Selalu saja, ada konsekuensi dari pilihan apa saja yang kita ambil dalam melanjutkan perjalanan. Termasuk ketika lembaran bercahaya ini menyampaikan sebaris tanya pada saya. Ketika saya  memilih “Yes”. Otomatis, saya akan melanjutkan petualangan di negeri  yang sudah beberapa tahun terakhir, mengusik pemikiranku ini. Ai! Di dunia maya, saya menemukan lebih banyak lagi warna hidup. Ada senyuman yang menebar dengan indahnya, saya pun tersenyum. Ketika pada kesempatan yang lain, saya menemukan kegetiran dan kepiluan. Ya, terluka. Karena dua rasa itu akan selamanya ada, di dunia maya atau alam nyata yang saat ini saya berada di antara keduanya. Saya melayang di udara. Oia, sebenarnya dunia maya itu ada di mana yaa?  Sudah sekian lama saya berada di sini, untuk menempuh jalan yang kadang berliku, lurus dan seringkali rapi.

Selalu saja, ada pilihan yang menanyai, apakah saya mau melanjutkan perjalanan bersamanya atau tidak.  Ketika saya memilih “No”, maka secara langsung, saya tidak akan dapat sampai ke sini, lalu menemui teman-teman semua. Harunyaaa…. But, apapun pilihan yang saya tentukan sebelum ini, telah ada jawabannya. Buktinya, kita kembali bersua dalam senyuman yang terukir seiring dengan sebuah kata yang terucap “YES!”

Untuk jawaban “Yes” yang saya pilih, tentu ada alasannya. Karena tidak mungkin kaan kita berbuat sesuatu, apapun itu tanpa ada yang mendasari. Karena “You, Engkau, Sahabatku”.  Ya, dengan berada di sini, meskipun untuk beberapa lama saja, maka saya dapat menemukan para sahabat. So, ketika saat ini engkau berkesempatan mampir di sini, yakinlah ada senyuman yang sedang menebar seiring dengan ungkapan “YES”. Buatmusahabat, senyuman yang terukir pagi ini.

Untuk dapat tersenyum, kita tidak mesti mengunjungi dunia maya terlebih dahulu. Karena apabila kita mau tersenyum saat membuka hari, maka tersenyumlah saat itu juga. Ketika membuka pintu kamar, lalu kita menemukan seorang yang sedang berdiri di sebuah sisi ruangan, maka tersenyum sambil menyapa beliau adalah juga pilihan. Apakah kita mau melakukan? Kembali lagi kepada diri kita sendiri. Bukankah kita tidak pernah tahu, apa yang sedang beliau alami? So, memberikan senyuman yang segera terukir  pada wajah, dari hati yang tersenyum, adalah aktivitas yang menyenangkan.

“Sitiiiiiiiiiiiiiii…., jangan bilang kaget, yaa…”  seraya menghentikan aktivitas mengelap sisa titik-titik air yang menebar di sisi luar teko, saya menatap Siti. Saya tersenyum. 🙂 .

“Aku kan engga kaget,” jawab Siti yang melanjutkan aktivitas pagi. Yes! Siti sedang mencuci beras, beliau mau memasak nasi. Sedangkan saya mau memanaskan air.

“Nanti kalo airnya udah panas, aku minta ya, Bun…” dengan ekspresi wajah yang lucu, seraya memanyunkan bibir, Siti tersenyum khas beliau.

“Oh, yes!. Nanti Yn kabari yaaa…,” jawab saya dengan senyum lebar yang menebar hingga ke sini.  Akhirnya, bahagiapun menjalar hingga ke seluruh ruang raga. Jemaripun tersenyum, kaki-kaki jiwa ikut tersenyum bersama tatapan dua bola mata yang saling bersenyuman  pula.  Hari ini, pada pagi yang indah berseri, saya kembali mampir ke sini, untuk bermain.  Tema permainannya adalah, menebar senyuman.  Ya, setiap kalimat yang terangkai, adalah benih-benih senyuman yang segera siap bertumbuh. Semoga  tidak hanya saya yang merasakan bagaimana indahnya hari-hari yang penuh senyuman, engkau juga teman. Karena you, engkau, sahabatku. Bukankah menjadi lebih terasa manfaatnya, meski sebuah permainan. Kalau kita melakukannya bersama-sama. Ya, tidak semua permainan tidak bermanfaat, bukan? Saya sangat senang bermain-main di sini. Bagaimana denganmu, teman?

Kita tidak pernah tahu, bagaimana kondisi yang sedang beliau alami saat ini. Apakah sedang berbahagia, atau  malah sebaliknya. Siapapun itu. Begini inti dari barisan kalimat yang sempat saya temukan semalam, dari dunia maya ini. Ketika saya sedang asyik mencari dan mencari wallpaper yang akan saya jadikan header  pada page ini. Yes! Akhirnya, barisan kalimat yang intinya demikian, saya sukai dengan sepenuh hati. Thank you very much, for the creator.

Semakin banyak waktu yang kita pergunakan untuk bermain, maka akan lebih banyak lagi senyuman yang menghiasi wajah. Bukankah permainan adalah aktivitas yang sangat kita sukai? Mari kita lihat dan perhatikan bagaimana kehidupan anak-anak. Mereka lebih sering ceria dan berbahagia ketika sedang bermain. Apapun jenis permainan yang sedang mereka lakukan, pasti menyenangkan. Terkadang, mereka senyum dan tertawa bersama. Ai! Ketika salah satu mainannya dipinjam oleh teman yang lain, tentu saja ia tidak sudi. Kalau kita tidak segera mengingatkan adik kecil kita, “Eitss,…. adik, yang manis. Bukankah sesama teman, kita perlu saling membaiki, temannya pingin pinjam dulu, yaa,”  Akhirnya, merekapun melanjutkan permainan bersama senyuman yang lebih indah lagi. Alangkah indahnya jiwa-jiwa mereka yang masih belia. Saling berbaik hati, kalau kita mau meneladankan kebaikan kepada adik-adik kecil. Ini  tidak hanya perumpamaan, akan tetapi, sebenarnya memang demikian. Bukankah anak kecil sangat suka memaafkan? Saya senang memandang wajah-wajah mereka. Ketika menangis sekalipun, wajah itu tetap menarik.

Dalam setiap waktu dalam kehidupan yang kita jalani ini, selalu saja ada pilihan. Apakah kita memilih untuk menyukai ataupun tidak menyukai. Kalau kita berkata suka, berarti kita bersedia untuk membersamainya lebih sering. Namun, kalau sebaliknya, maka kita akan segera berbalik arah, lalu berusaha menemukan kesukaan kita. Lalu, adakah semua yang saat ini kita suka, akan kita sukai pula pada kemudian hari? Bukankah kita pernah bersamanya, untuk mengukir senyuman terindah bersama-sama. Lalu, ketika rasa tidak suka menjangkiti jiwa, kita mau kemanakan artinya yang telah mengabdi? Senyuman kita hari ini, bukan senyuman yang  terjadi tiba-tiba. Pasti ada senyuman sebelumnya, yang menjadi jalan hingga kembalinya senyuman kita saat ini. Menjalani hari bersama senyuman, adalah pilihan. Apakah kita memilih untuk tersenyum atau ‘no’?

Teman, ketika pagi ini kita menyaksikan mentari bersinar, bersama senyumannya yang menebar sangat indah.  Apakah kita akan memberikan sebaris ekspresi yang sama padanya, atau gimana? Yakinlah, dua kata “Yes” atau “No”, sedang menanti  jawabanmu. Ketika engkau memilih “Yes“, tentu dengan alasan yang tepat dan jelas. Begitu pula dengan jawaban ”No” yang engkau berikan. Ketika mentari tersenyum pada kita dengan membawa bahagia yang ia tebarkan pada semesta, adakah kita mau mengambil pelajaran segera?

Sampai saat ini, hingga waktu menunjukkan lebih tiga menit dari pukul tujuh, saya baru menyusun kalimat sebanyak seribu seratus lima belas karakter. Waih! Hehehee… lamaaa nulisnya yaa. Ya, begitulah yang terjadi. Entah apa yang saya pikirkan saat menuliskan baris-baris kalimat ini. Yang pastinya, kalau bukan untuk tersenyum, buat apa saya ada di sini? Bermain. Yes, mari kita bermain.

Permainan merangkai kalimat, sangat menyenangkan kalau kita melakukannya dengan jiwa yang sedang berbunga-bunga bahagia. Ditambah lagi dengan kondisi pikiran yang bersinar cerah ceria. Lalu, bagaimana yang terjadi, ketika saat ini kondisinya lagi sedang belum demikian? Akhirnya, beginilah yang terjadi, saya merangkai kata dengan senyuman saja. Karena  saya yakin, selama apapun saya menggerakkan jemari ini, ia mampu menebarkan setiap lembar senyuman yang saat ini tercipta. Bukankah menulis adalah merangkai senyuman?

Sampai sejauh ini, saya masih berhadapan dengan dua pilihan. Adapun pilihan tersebut adalah “Yes” or “No”. Untuk dua kata yang terus mengikuti ini, saya perlu memberikan jawaban segera. Apakah saya akan melanjutkan aktivitas di sini atau tidak. Ai! Selalu saja begitu. Karena, untuk aktivitas yang sedang kita lakukan, baik senang ataupun tidak senang, ia selalu menyelingi. Untuk melanjutkan merangkai senyuman, memang  kita perlu memutuskan pilihan. Ketika pilihan-pilihan tersebut begitu mudahnya mengikuti kita, lalu apakah kita tidak akan mudah untuk segera memilihnya? Saat ia dengan giatnya meminta kita untuk memberikan jawaban, bagaimana tanggapan yang kita berikan? Apakah kita bilang saja begini, “Sudah. Sudah. Cukup sampai di sini saja,”  akhirnya, kita segera memutuskan untuk menemukan titik. Dan setelah titik, kita tidak bersedia untuk merangkai satu kata apapun lagi. Wah! Bagaimana dengan saya? Pilihanku yang telah terangkai pada awal catatan pagi ini, adalah “Yes”.

“Betah yaa, Yan. Main-main di sini, berlama-lamaa?,” begini sapa yang berikutnya menggoda saya. Ai! Sahabatku selalu begitu, ketika saya lagi merangkai suara jiwa, ia seringkali menyapa pada saat yang sama. Engga tahu juga saya, alasannya apa? Mengapa menyampaikan sapa begitu. Namun saya sangat yakin, beliau pasti berbuat demikian demi kebaikan saya. Ya, karena sahabat adalah alarm dalam kehidupanku. Ketika saya terlalu lama bermain-main, maka sahabat segera mengingatkan untuk kembali beraktivitas yang sesungguhnya. “Iya, karena saat ini adalah jadwal bermain,” jawab saya dengan tanpa mengiraukan tatapannya yang sudah lima watt saja. Mata itu, mulai temaram. But, bagaimana lagi. Kalau saya lagi bermain, ya tidak ada yang boleh menghalangi. Apalagi kalau permainannya merangkai senyuman. Engga mungkin kaaaan…. ada yang menolak untuk meminjamkan alat bermainnya, pada teman yang mau bermain juga. Wahai, belajar dari anak kecil yang bening jiwanya, saya suka. Seasyik apapun mereka bermain, kalau ada teman yang meminjam mainannya, ia rela memberikan dengan sepenuh jiwa. Tentu saja dengan adanya keteladanan yang dicontohkan oleh sesiapapun yang lebih tua. Disinilah peran orang tua berfungsi lagi.

Ketika anak-anak kita lagi bermain, maka mendampinginya adalah juga pilihan. Apalagi kalau kita turut bermain bersama mereka. Ai! Betapa asyiknya yaaa… Hahaa.. 😀 But, saat ini, belum ada lagi anak-anak yang berada di sekitar saya. So, akhirnya saya bermain-main merangkai kata aja, lagiii.  Saya jadi merindukan suasana bermain anak-anak. Wah!

Ada satu hal lagi yang membuat saya salut dengan anak-anak.  Selain kerelaannya untuk memaafkan, juga inspirasinya itu lho. Pernah pada suatu hari yang cerah, di dalam sebuah ruangan tempat berteduhku dari terik mentari yang menyengat siang itu, ada seorang anak kecil di samping saya. Sudah beberapa menit lamanya, ia bermain-main sendiri. Dengan bekal sebuah pulpen dan selembar kertas, ia sangat menikmati waktunya. Sayapun melanjutkan aktivitas di sampingnya. Ia senang. Bersama kesenangan tersebut, terciptalah sebuah karya pada selembar kertas. Hal ini baru saya sadari, ketika akhirnya anak kecil bernama “Depiya”, meminta lem kepada saya. “Teteh… minta lem-nya yaa,” segera saya meraih lem yang berada tepat di depan. Lalu, menyerahkan pada gadis manis yang sangat cerdas dan ngegemesin sangat. Lalu, mata saya pun tertuju pada rangkaian kalimat yang ia rangkai. Kalimat yang tersusun menjadi “Hari Keluarga”, dengan taburan nama-nama di sekitarnya. “Fiyya, Rara, Ayah, Bunda, Dek Nazif,” begini kata berikutnya yang ia titipkan pada satu lembar kertas tersebut. “Nanti adek mau kasih ini ke Bundaaa…,” ceriwis Depiya dengan memanyunkan bibirnya beberapa sentimeter. Ia ngobrol sendiri. Ai! Saya terharu seketika, sungguh menyejukkan. Jiwa belia yang mampu mensenyumkan Bunda lebih sering, pastinya.

Untuk setiap senyuman yang masih berupa benih-benih pada saat ini, semoga ia terus bertumbuh dari hari ke hari. Walaupun diantara benih-benih tersebut tidak semuanya berkualitas baik. Dan tidak semuanya juga akan berkembang hingga berdaun. Saya sangat yakin, ada diantaranya yang paling bermutu. Dan ia adalah benih-benih yang sedang berkompetisi sesamanya. Aha! Senyuman ini perlu lebih banyak lagi. Ketika dari hari ke hari, kita menebarkan satu benih saja, lalu ia bertumbuh dengan baik, opzz! Tentu saja dengan merawatnya. Karena segala sesuatu, akan menjadi lebih bermakna kalau kita menjaganya. Sebaris kalimat adalah sebaris senyuman. Yes!

Teman, kita tidak pernah tahu bagaimana kondisi siapapun yang saat ini sedang kita hadapi. Oleh karena itu, bersikap baik padanya dan tersenyum, adalah pilihan. Karena bisa jadi, beliau yang sedang kita temui sangat membutuhkan senyuman itu dan ia menghargainya. Yes! Tema yang sangat cocok dengan suasana yang saat ini sedang saya alami. Untuk sebaris senyuman, yang membenih dari dalam jiwa, semoga ia tidak ada untuk kita saja. Menebarkannya kepada sesiapapun yang kita temui adalah juga pilihan. Dengan satu alasan yang jelas, pastinya.

Baiklah teman, masih ada lembaran hari ini untuk kita jalani tanpa permainan. Karena, hidup ini perlu serius. Berlama-lama bermain, tentu membuat kita tidak ingat lagi dengan aktivitas paling penting yang semestinya kita lakukan. So, saat ini pilihan kembali menebar relung hatiku. Ia masih ingin bermain, pastinya. Dan sangat ingin berlama-lama di sini. But, bukankah hidup ini tentang pilihan? “Bagaimana, Yan? Masih akan di sini?. Ingat jadwal,”  sapa sahabat. “Heheee…,” permainan berhenti. Saatnya melanjutkan perjuangan. See you, teman.

🙂 🙂 🙂

One Comment Add yours

  1. maryadi yadi says:

    Harus “YES” donk untk senyuman kan senyum itu ibadah kecil yg istimewa bagimu dan sesiapa saja yg merasakan

    Like

الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ ”... (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Q.S Ar-Ra’d [13] : 28)